Mengenal Burung Kakapo Endemik New Zeland Yang Hampir Punah – Burung kakapo atau lebih dikenal dengan betet burung hantu merupakan burung nokturnal endemik Selandia Baru. Hewan ini memiliki bintik wajah sempurna berbulu hijau kuning. Bentuk wajahnya bundar datar bersensor berbeda paruhnya abu – abu lebar, mempunyai lengan pendek tetapi kakinya lebar serta sayap dan ekornya relatif pendek.
Ciri hewan ini adalah burung yang tidak dapat terbang. Meskipun tergolong nokturnal, namun kakapo merupakan herbivora. Tingkat metabolisme dasar tergolong rendah tetapi tergolong satu – satunya burung yang oaling lama hidup di dunia.
Karakteristik Burung Kakapo
Perbedaan jantan dan betina sangat mencolok. Untuk betina memiliki penutup kepala yang terbatas dan sedikit daripada jantan. Paruh betina lebih panjang dan proporsional dibanding jantan. Ceres dan lubang hidung betina lebih kecil dari jantan. Lengan dan kaki betina lebih langsing serta berwarna abu – abu kemerahan. Ekor betina berukuran lebih panjang daripada jantan.
Untuk saat ini burung kakapo telah dinyatakan terancam punah sebab keberadaannya terakhir tercatat hanya tinggal 147 ekor saja. Oleh sebab itu banyak yang tidak mengenal burung unik ini. Berikut karakteristik burung kakapo :
Burung yang tidak dapat terbang
Jika burung nuri dikenal lincah, beda halnya dengan karakteristik burung kakapo. Burung dengan nama latin strigops habroptilus ini dikenal sebagai spesies burung nuri dengan diameter terbesar.
Tak heran bila berat badan membuat kakapo kesusahan untuk terbang. Sayapnya berfungsi sebagai penyetabil tubuh ketika berjalan atau melompat. Selain itu, sayapnya termasuk pendek untuk badannya yang besar.
Spesies nokturnal
Karakteristik burung kakapo yakni ktif di malam hari dan saat siang hari binatang terbang ini lebih sering istirahat, tidak seperti burung pada biasanya. Sebagai binatang nokturnal, hewan ini telah menyesuaikan indranya untuk hidup dalam kegelapan. Retinanya juga diidentifikasi sangat mirip binatang nokturnal lain, mempermudahnya untuk melihat dalam gelap.
Ketika siang hari, kakapo mengumpet di bawah pohon, tetapi akan bergerak aktif ketika malam tiba. Selain ketajaman indra penglihatan dan kepekaannya terhadap cahaya, juga mempunyai indra penciuman yang bagus. Warna bulunya yang mirip daun-daunan pun membantu untuk berlindung dari mangsa ketika malam menjelang.
Membeku saat terancam
Saat terkejut karakteristik burung kakapo akan membeku, atau terbujur kaku. Ini termasuk dalam pertahanannya terhadap pemangsa. Musuh alaminya cukup banyak, dimulai dari kucing hutan, tikus, musang, cerpelai hingga burung elang.
Cara kakapo menyelamatkan diri dari pemangsa dapat dikatakan unik. Pertahanan dirinya ialah dengan membeku (freeze) dan berbaur dengan lingkungan sekeliling, mengingat warna bulunya menyerupai dengan daun-daunan dan tanah.
Namun, strategi ini hanya berhasil bila pemangsanya adalah elang, yang memakai indra penglihatan untuk berburu. Sementara, trik ini tak terlalu sukses bila hewan ini bertemu pemangsa dari kalangan mamalia yang memakai indra penciuman dalam mencari mangsa.
Kakinya sangat kuat untuk berjalan dan memanjat
Karakteristik burung kakapo memiliki kaki sangat kuat, sehingga dijuluki pendaki dan pejalan yang bagus, khususnya dalam keluarga burung. Hewan ini bisa juga memanjat dengan bantuan sayapnya sebagai parasut untuk meluncur ke bawah.
Karena tidak bisa terbang, kakapo mempunyai tuntutan metabolisme yang lebih rendah. Binatang tersebut mampu beradaptasi dengan sumber makanan yang sedikit atau berkualitas rendah.
Jenis herbivora
Serupa dengan spesies nuri lain, makanan pokok kakapo ialah buah dan biji-bijian. Binatang satu ini juga kerap ditemui mengonsumsi jenis beri-berian, kacang serta bunga.
Namun, makanan kesukaan kakapo ialah buah rimu, yang termasuk dalam pohon buah endemik dari selandia baru. Bahkan, jika jumlahnya sedang sangat banyak, kakapo hanya akan mengkonsumsi buah rimu saja.
Banyak dijadikan hewan peliharaan
Kakapo sangat ramah, sehingga banyak dijadikan binatang piaraan. Meskipun burung tersebut baru mendapati orang yang tidak dikenal sekalipun. Bahkan seorang ahli ilmu burung asal inggris yang bernama george edward gray, pertama kali menggambarkan kakapo di tahun 1845, pernah menulis bahwa tingkah laku kakapo “lebih mirip anjing daripada burung.”
Memiliki usia hidup paling lama
Burung ini mampu hidup sampai berusia 90 tahun, dan menginjak kesuburan untuk berkawin pada jantan saat berusia empat tahun, dan betina enam tahun.
Meski panjang umur, kakapo tidak berkawin setiap tahun dan membuatnya sebagai salah satu spesies burung dengan tingkat reproduksi terendah. Musim kimpoi kakapo baru dimulai ketika stock makanan melimpah, khususnya makanan kesukaannya, buah rimu.
Merupakan burung kuat
Burung ini mampu menyimpan energi dalam bentuk lemak tubuh. Kakapo ialah burung bayan terberat di dunia: dengan tinggi sekitar 60 cm, beratnya antara 1,8 hingga 4 kilogram.
Cara berkawin
Jantan memikat betina dengan lagu dan tarian kelompok. Selama musim kawin, kakapo jantan sampai dapat bergerak dengan normal hingga 4 kilometer untuk mencapai arena khusus di mana hanya bersaing satu dengan lainnya untuk memikat perhatian betina.
Setiap jantan menggali mangkuk di tanah, sering di daerah sebelah sisi batu atau sisi sungai untuk membantu memantulkan panggilan kawin nya. Untuk menarik betina, jantan bersuara “booming” yang keras berfrekuensi rendah yang bisa terdengar hingga sejauh 3 mil.
Setelah memancarkan sekitar 20-30 suara booming, hewan ini beralih ke suara “ching” yang bernada tinggi. Ching dan booming ini dapat berlangsung selama delapan jam setiap malam, pada malam-malam selama musim kawin yang sekitar 2-4 bulan.
Memiliki bau harum
Kakapo mempunyai bau harum yang diternakkan dengan baik, berkhasiat dalam gaya hidup malam harinya. Hewan ini juga mempunyai apa yang digambarkan sebagai musty-sweet odor. Ini mungkin membantu kakapo untuk mendapati satu dengan lainnya di hutan; sayangnya, hal tersebut justru membantu pemangsa mamalia untuk mendapatinya.
Terancam punah
Musim dingin 2018, jumlah kakapo diperkirakan hanya tinggal 147 ekor. Tetapi, musim semi berikutnya, menetaslah 73 ekor anakan, berdasarkan New Zealand department of conservation. Meski diprediksi tak semuanya sempat mencapai usia dewasa, tetapi hal tersebut menjadi catatan tersendiri untuk menyelamatkan kakapo dari kepunahan.
Dalam satu sesi musim kimpoi, 1-4 telur diperoleh. Masa mengerami menjadi krusial, karena telur tersebut menjadi incaran bagi pemangsa. Telur kakapo akan menetas 30 hari selanjutnya dan muncul lah burung yang berwarna bulu abu-abu. Anakan kakapo akan meninggalkan sarang ketika berumur 10-12 minggu.
Pemerintah selandia baru kini tengah melakukan konservasi kakapo di pulau yang tidak ada pemangsanya, guna mengembalikan populasinya.