Mengenal Elang Jawa

Elang jawa termasuk dalam spesies elang berukuran sedang yang endemik di pulau Jawa. Hewan ini konon menjadi salah satu inspirasi lambang negara indonesia, garuda pancasila. Salah satu ciri istimewa elang ini ialah jambul pada bagian kepala.

Meski sebetulnya garuda merupakan hewan mitos di jawa yang merupakan wahana atau kendaraan dari Dewa Wisnu. Hewan mitos ini mempunyai sepasang sayap, berkepala burung, tetapi dengan tubuh seperti manusia.

Mengenal Elang Jawa Si Satwa Langka dari Ciri – Cirinya

Awalnya burung pada garuda pancasila tidak berjambul. Tetapi, presiden soekarno  mengusulkan untuk menambahkan jambul supaya tak mirip dengan lambang negara as, elang bondol.

Konon burung garuda (pancasila) diambil idenya dari elang jawa karena bentuk jambulnya. Jambul yang menjadi ciri istimewa burung ini umumnya meliputi 2-4 bulu dengan panjang hingga 12 cm.

Jambul elang ini berwarna hitam dengan ujung putih seperti ditulis mackinnon dalam buku panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali.

Habitat Elang Jawa

Indonesia kembali dikejutkan dengan penemuan binatang maskot bangsa yakni elang Jawa. Dilansir dari laman Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), salah satu satwa endemik pulau jawa ini muncul di gunung pangrango. Anakan tersebut diperkirakan baru berusia 1 – 2 minggu.

Elang jawa merupakan hewan berstatus langka menurut daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Hewan ini merupakan hewan khas pulau jawa karena habitatnya hanya ditemukan di beberapa wilayah Jawa, mulai ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) sampai ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo.

Elang jawa senang hidup di pohon tinggi menjulang yang bisa dipakai untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Umumnya sarang diperoleh di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai curam dengan dasar lembah mempunyai anak sungai.

Hal ini punya hubungan dengan kesempatan mendapatkan mangsa dan merawat keselamatan anaknya.

Elang jawa mempunyai bentuk tubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh sekitar 50-70 cm). Namun, bentangan sayapnya, bisa berukuran dua kali tubuh burung ini, sekitar 110-130 cm.

Hewan ini melahap berbagai tipe reptil, burung-burung setipe walik, punai, dan ayam kampung. Mamalia ukurannya kecil seperti tupai, bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet juga dimangsa.

Karakteristik Elang Jawa

Elang jawa saat masih anakan/remaja hingga dewasa memiliki karakteristik berbeda, berikut karakteristik dari hewan ini :

  • Karakteristik saat anakan atau remaja

Elang muda bercirikan jambul yang telah tumbuh. Warna bulunya coklat dengan warna kemerahan pada wajah/muka, dada dan perut. Sedangkan tengkuk, sayap, punggung, tungging dan ekornya berwarna coklat gelap.

Matanya berwarna biru, selanjutnya secara tahap demi tahap akan memudar menjadi kuning muda. Taji serta bulu pada bagian kaki mulai nampak tumbuh.

  • Karakteristik elang dewasa

Seperti halnya pada semua tipe elang, burung betina mempunyai ukuran tubuh lebih gede dan lebih kekar daripada jantan. Panjang tubuh berkisar antara 60 hingga 70 cm dengan bobot sekitar 2,5 kg.

Elang jawa mempunyai jambul berwarna coklat kehitaman dengan warna putih pada ujungnya. Matanya berwarna kuning. Kepala, punggung, sayap, dan ekornya berwarna krem. Leher, dada dan perutnya berwarna coklat dengan garis-garis coklat tua atau kehitaman.

Pada ekornya terdapat empat buah pita berwarna hitam, tetapi biasanya hanya nampak tiga buah pita karena pita pada tangkal ekor sering tersembunyi. Kakinya relatif pendek dan kokoh serta tertutup bulu sama seperti genus spizaetus lainya. Tajinya panjang dan runcing.

Musim Kawin Elang Jawa

Musim kawin elang jawa hampir sepanjang tahun. Seringkali terjadi pada bulan pebruari hingga mei. Namum perlu untuk tahu bahwa elang jawa rata-rata melakukan aktivitas perkawinannya dua tahun sekali.

Elang jawa umumnya bersarang di hutan primer, sekunder atau hutan pinus. Pohon sarang yang terpilih umumnya terletak di lereng bukit dan merupakan pohon tertinggi di dekat daerah tersebut atau pohon yang salah satunya mencuat dari bagian tajuk.

Jenis pohon yang telah tercatat terdiri dari rasamala, pasang, pinus dan puspa. Tetapi pohon yang paling kerap dipakai untuk bersarang ialah pohon rasamala.

Sarang umumnya berbentuk mangkuk dan dibuat pada dahan dengan ketinggian sekitar 30 meter atau lebih dari permukaan tanah. Bahan yang dipakai untuk membuat sarang meliputi ranting, akar tanaman anggrek serta daun-daunan.

Elang jawa bertelur hanya satu butir. Telurnya berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 60×42 mm. Masa pengeraman 47 hari yang akan di erami induk betina.

Setelah telur menetas, anak elang akan tetap tinggal disarang, dan selama itu pula induk elang akan bekerjasama memelihara anaknya. Perawatan dikerjakan terdiri dari menyuapi dan menjaga anaknya yang dikerjakan secara bergiliran.

Pada umur 10 minggu anak elang sudah mempunyai bulu lengkap dan mempunyai tenaga untuk terbang dalam jarak pendek. Anak elang akan meninggalkan sarang pada umur sekitar 100 hari namun masih sering kembali ke sarang.

Perilaku Unik Elang Jawa

Tingkah laku unik pada elang jawa ialah tingkah laku berburu, tingkah laku mempertahankan teritori tempat tinggalnya dan tingkah laku kawin merupakan hal menarik untuk di lihat. Elang jawa melakukan aktivitas perburuan dengan memakai dua macam teknik.

Teknik pertama yakni dengan menggunakan cara bertengger pada dahan di daerah perburuan sambil mengamati gerakan-gerakan yang dicurigai sebagai gerakan mangsanya. Teknik kedua yakni dengan menggunakan cara terbang rendah di atas tajuk pohon selanjutnya berputar-putar sambil mencari gerakan mangsa.

Apabila mangsa sudah nampak maka segera meluncur dan menyambar mangsa yang berada di dahan atau tanah.

Status Perlindungan

Elang jawa tergolong salah satu burung predator dilindungi. Status perlindungan di indonesia ditetapkan menurut surat keputusan nomor 421/kpts./um/8/81970 yang dikeluarkan pada tanggal 26 agustus 1970.

Kemudian UU no 5 tahun 1990 dan keputusan presiden no 4 tahun 1993 pada tanggal 10 januari tahun 1993 yang menetapkan sebagai burung nasional dan lambang species langka.

Pada perlindungan tingkat internasional, elang jawa tergolong dalam kumpulan cites lampiran ii, yang melarang seluruh perdagangan internasional.

Leave a Comment