Panduan Budidaya Belut Sawah Untuk Konsumsi – Belut merupakan sejenis ikan yang memiliki nilai ekonomi serta ekologi. Kan ini dapat dikonsumsi, baik digoreng, dimasak dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagai makanan ringan.
Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena binatang ini mudah menyesuaikan diri. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan kronis telah terjadi.
Langkah Budidaya Belut Sawah
[the_ad id=”3237″]
Belut ialah pemangsa ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Binatang ini aktif di malam hari serta dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah.
Informasi menarik Cara Membedakan Belut Dan Sidat Paling Gampang
Binatang ini bahkan mampu menyerap oksigen lewat kulitnya. Kebiasaaannya ialah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menanti mangsa yang lewat.
Walaupun Hewan ini berasal dari daerah tropis, belut sawah diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut menjadikannya sebagai binatang yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan daerah asalnya.
Belut merupakan binatang hermaprodit, di masa muda merupakan belut betina dan bersarang di lubang untuk menaruh telur-telurnya pada busa-busa di air yang tidak terlalu dalam.
Jika telur tersebut telah menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam usia lebih tua pertumbuhan berikutnya, akan menjadi jantan. Karena sifat – sifat serupa itu, maka belut dapat mengalami masa kosong kelamin atau banci.
Dengan terjadinya pergantian kelamin inilah pada belut sering timbul kanibalisme, saling bunuh dan makan di antaranya.
Perbedaan belut jantan dan betina . Pejantan memiliki ukuran panjang lebih dari 40 cm, permukaan kulitnya berwarna gelap atau abu – abu. Memiliki bentuk kepala tumpul.
Sedangkan betina memiliki panjang antara 20 – 30 cm, permukaan kulitnya berwarna lebih cerah. Pada punggungnya berwarna hijau muda dan pada bagian perutnya berwarna putih kekuningan. Kepalanya berbentuk runcing.
Untuk melestarikan keberadaan belut, maka langkah budidaya perlu dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia terhadap olahan belut. Berikut langkah – langkah budidaya belut :
Pemilihan Lokasi Budidaya
Sebelum pembuatan kolam dimulai, lokasi calon pembuatan kolam perlu diperhatikan. Survei lokasi seharusnya dikerjakan sebagai langkah awal bagi para investor atau peminat sebelum memutuskan untuk membangun kolam. Namun, kenyataan yang menyebabkan terjadi kini sering tidak demikian. Umumnya orang mempunyai tanah sebelumnya baru terpikat untuk membangun kolam. Meskipun demikian, tidaklah berlebihan jika dalam diktat ini disinggung langkah –langkah yang ideal untuk membuat kolam.
Pembuatan kolam terdiri dari pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan penggalian, serta pemasangan dan pembuatan bagian- bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.
Pembuatan Kolam
[the_ad id=”3775″]
Jika dalam menentukan lokasi sudah ditentukan dimana lokasi kolam yang akan dibuat dan telah memenuhi persyaratan maka pembangunan kolam sudah bisa dimulai.
Namun terlebih dahulu wajib ditentukan dulu tipe kolam yang akan dibuat sebab kegiatan budidaya belut yang lengkap membutuhkan tipe kolam sesuai dengan kegiatan yang ingin dikerjakan.
Adapun tipe-tipe kolam yang wajib ada di suatu areal budidaya belut ialah kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan, serta kolam pembesaran.
Untuk ukuran kolam meliputi :
- Kolam sebagai penampungan induk berukuran 200 cm x 200 cm dengan kedalaman 100 cm
- Sedangkan kolam untuk pemijahan dan pendederan berukuran sama dengan kolam penampungan induk
- Kolam untuk pembesaran berukuran 500 cm x 500 cm dengan kedalaman 120 cm.
Media Pemeliharaan
Setelah kolam selesai dibuat yang paling utama ialah pemberian media pemeliharaan sebelum kolam tersebut dipergunakan, yakni media untuk tempat hidup belut berupa tanah sawah atau lumpur kolam yang telah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos ( sekam/gabah padi yang telah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang, pupuk urea, dan pupuk npk, dengan perbandingan sebagai berikut :
- Lapisan pertama terbawah jerami padi setinggi 40 cm
- Di atas jerami ditaburi pupuk urea 5 kg dan npk 5 kg secara merata
- Untuk kolam dengan ukuran 500 cm x 500 cm, seandainya kolamnya lebih gede atau lebih mungil ukuran ini, perbandingan pupuk di atas dapat dijadikan acuannya
- Lapisan kedua tanah / lumpur setinggi 5 cm
- Beri lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi 5 cm
- Lapisan keempat tanah / lumpur setinggi 5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- Lapisan keenam tanah / lumpur setinggi 15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Di atas air ditanami secara merata enceng gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.
Apabila semua media pemeliharaan telah terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 ( dua ) minggu supaya seluruh media mengalami proses permentasi.
Dan setelah 2 ( dua ) minggu selesai proses fermentasinya maka benih / bibit dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.
Pemilihan Bibit
Bibit untuk budidaya bisa diperolehkan dari hasil perolehan atau hasil budidaya. Keduanya mempunyai kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil perolehan mempunyai beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil perolehan ialah rasanya lebih sedap sehingga harga jualnya lebih bagus.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya umumnya lebih rendah dari belut tangkapan. Untuk kelebihannya bibit memiliki ukuran lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya mempunyai daya tumbuh yang relatif sama karena umumnya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya didapatkan dengan menggunakan cara memijahkan jantan dengan betina secara alami. Untuk saat ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut.
Kriteria bibit belut untuk budidaya sebagai berikut :
- Ukurannya seragam, dimaksudkan untuk mempermudah pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling melahap.
- Memiliki pergerakan aktif, lincah serta tidak loyo.
- Tidak memiliki cacat atau luka secara fisik.
- Tubuhnya ukurannya kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan.
- Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
- Terbebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran umumnya memakai bibit berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih gede, waktu pemeliharaan bisa mencapai enam bulan.
Penebaran Bibit
Belut memerlukan space yang cukup untuk tumbuh optimal. Bila space atau ruang yang dimiliki kecil umumnya tumbuh belut tak mungkin maksimal, bisa kerdil, lambat perkembangan dan air mudah rusak.
Untuk kepadatan optimal bibit belut ada baiknya ukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Sedikit tips ternak belut, usahakan untuk menebarkan benih pada pagi atau sore hari supaya ikan dapat menghindari stres. Untuk bibit hasil perolehan alam sebisa mungkin dikarantina sebelumnya selama 1-2 hari.
Proses karantina melakukannya dengan menaruh bibit dalam air bersih yang mengalir.
Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina. Aturlah peredaran air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi peredaran air.
Atur juga kedalaman air, hal tersebut berakibat pada bentuk badannya. Apabila air terlalu dalam, maka akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.
Pemberian Pakan
Jika bibit sudah ditebarkan, kini saatnya membesarkan benih tersebut. Untuk persentase pakan, ada baiknya berikan 5-20% dari berat badan/hari.
Seiring berjalannya waktu umumnya pemilik akan terbiasa dan dapat memakai feeling saat ikan sudah kenyang atau masih lapar.
Usahakan supaya pakan selalu tercukupi supaya belut tidak kanibal. Pemberian pakan bisa pada sore hari karena belut biasa mencari mangsa di sore dan malam hari.
Untuk pakan bisa diberi cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, ulat hongkong dan masih banyak lagi.
Pemanenan
Untuk memanen belut, dibutuhkan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah penampungan juga perlu disiaokan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan.
Belut siap diunduh untuk keperluan pasar local dari mulai penaburan benih minimal 3 bulan ( sisitem dengan pembesaran ), sedangkan untuk keperluan pasar ekspor dari mulai penaburan benih minimal enam bulan ( sisitem dengan pembesaran ).